Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar

Book Summary 17 Mei 2023
"Menjadi" oleh Afutami adalah sebuah buku yang menginspirasi dan memandu pembaca untuk menemukan jati diri mereka. Dengan kebijaksanaan yang dalam dan pengalaman hidup penulis yang otentik, buku ini mengajak kita pada perjalanan transformasi diri yang kuat dan berarti.

Sulit untuk merangkum buku ini, terlalu banyak info yang kalau asal comot sana sini malah terkesan flight of idea, that's why you should read one! And this summary  only for recall the point

I. Berpikir

Terdapat dua sistem dalam berpikir yaitu :

  1. Sistem 1 (Cepat, Spontan, Malas) / Sang Gajah
  2. Sistem 2 (Lambat, Analitik, Empati) / Si Pawang

Keduanya dipengaruhi oleh kebiasaan, opini dan bias berpikir (detail bias pikir, nonton penjelasan afu di youtube ini)

Sistem 1 di-trigger oleh emosi trauma, tradisi dan value diri. Sedangkan sistem 2 dapat dilatih dengan analisa & problem solving yang akan menghasilkan kemampuan berempati, komunikasi dan menarik kesimpulan yang semuanya dipakai dalam pengambilan keputusan.

II. Mengenal Diri

Mengidentifikasi Emosi yang Dirasakan

memetakan perasaan

Proses Membedakan Diri dan Peran

Sadar penuh bahwa peran hanyalah "label" yang dapat menimbulkan ekspektasi. Seorang dokter, istri, anak pertama, cucu pertama, atau jabatan di kantor, itu adalah "peran atau label" diri.

Dengan mengenal diri sendiri, individu tersebut dapat mengambul keputusan yang lebih objektif karena memiliki kebebasan dalam memilih serta kebebasan waktu terhadap respon yang datang, contohnya seperti mengijinkan diri untuk tidak sempurna atau memilih untuk pergi dari keluarga toxic dan tidak terbebani dengan pendapat orang lain "Kamu itu ibu, kasian anak-anak kamu", karena kamu yang lebih tahu.

Selain itu, tak jarang, kita hanya mendengarkan atau menghargai seseorang berdasarkan penampilan (beauty bias) atau identitas (representative bias) karena terlihat "pantas" sehingga memperlakukannya berbeda, padahal hal tersebut hanyalah "peran". Be wise before judge.

Proses Pendewasaan

Terdapat lima tahapan yaitu :

  1. Egosentris, saya adalah kebutuhan saya dan tidak membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Contoh bayi hanya mengutarakan keinginannya tanpa mempedulikan keinginan orang sekitarnya.
  2. Sebatas relasi transaksional, contoh saya akan berbuat A jika kalian berbuat B
  3. Menjadi relasi validasi, contoh saya berbuat A agar dianggap B oleh orang lain
  4. Berkembang menjadi Self -Authoring yaitu memiliki kemampuan membentuk opini, menetapkan batasan dan menghargai orang lain.
  5. Self-Transforming, menyadari hidupnya hanya satu peristiwa kecil di dalam kumpulan peristiwa lainnya di dunia.

Proses Berdamai dengan Suara di Kepala

Suara di kepala kita yang baik maupun buruk dipengaruhi oleh validasi keluarga, peran profesi, peran identitas (suku/agama/negara). Suara yang harus di taklukkan yaitu :

  1. Kehausan akan kekuasaan dan kontrol, impuls untuk menjadi yang paling berkuasa
  2. Kehausan akan afirmasi, kebutuhan untuk pengakuan dan dianggap penting
  3. Kehausan akan intimasi dan rasa senang, dorongan untuk disenangi.

III. Melihat Masalah dari Perspektif yang Lebih Luas

Memahami Masalah Adaptif dan Teknis

Masalah adaptif adalah masalah yang susah hilangnya contoh menghimbau seluruh warga negara wajib di vaksinasi, sedangkan masalah teknis adalah masalah yang relatif sederhana seperti menemukan vaksin COVID-19. Guna dalam mengidentifikasi kedua hal tersebut agar kita dapat menentukan akar masalah yang paling visible untuk dipecahkan.

Mempertajam Insting

Meramu bukti yang menjadi bahan untuk latar belakang masalah dengan selalu memeriksa kebenarannya, menganalisa masalah, menemukan alternatif solusinya serta merangkainya menjadi narasi cerita.

Membiasakan diri berpikir sistematis agar tidak jatuh dalam jebakan berpikir sehingga mencegah pemahaman dan atau pengambilan keputusan yang salah

Identifikasi Masalah

Gunakan kerangka fish bone untuk memudahkan kita dalam memetakan akar masalah sehingga tidak terjerumus dalam jebakan berpikir yaitu :

  1. Tidak dapat membedakan gejala dan penyebab masalah
  2. Mengira ketiadaan solusi sebagai akar masalah karena bisa saja hal tersebut merupakan gejala
  3. Menganggap korelasi adalah kausasi
  4. Mengambil hal yang paling mudah di ingat atau di lihat sebagai kebenarannya
  5. Memiliki kecenderungan menyetujui yang disukai atau mengambil hal yang sependapat sebagai bahan argumentasi tanpa melihat kenyataannya
  6. Mengikuti opini kelompok
  7. Meniru solusi kelompok lain

Mencari Bukti

Pengumpulan data dapat dengan observasi, wawancara, kuesioner dan data base yang tersedia.

Desain Alternatif Solusi

Dengan melakukan rangkaian dibawah ini:

Afutami - Menjadi

Memilih Solusi Terbaik

Melakukan pembuatan trade-off matrix seperti berikut:

Afutami - Menjadi

Menentukan Pilihan dan Prioritas

Di dalam podcastnya, Putri Tanjung mengatakan (yes, these paragraph doesn't exist in the book, but they are connected one of another. Let me just put into), ia menggunakan matrix effort and impact dalam menentukan pilihan ataupun menetapkan prioritas. Setelah berseluncur di Google, bertemulah gw dengan artikel ini yang singkatnya mematahkan argumen bahwa matrix tersebut dibatasi dengan empat kotak dengan garis tegas.

Yang setelah di telaah ternyata memiliki artian yang lebih luas. Seperti grafik dibawah ini.

https://itamargilad.com/why-impact-effort-prioritization-doesnt-work/

Sang penulispun menambahkan elemen confidence untuk menghindari bias dalam menentukan pilihan/prioritas. Sehingga terciptanya tabel berikut.

https://itamargilad.com/why-impact-effort-prioritization-doesnt-work/
https://itamargilad.com/why-impact-effort-prioritization-doesnt-work/

Menciptakan Konflik Produktif

Seperti yang kita ketahui agar terciptanya perubahan diperlukan lingkungan yang  "memaksa" agar belajar, sebagai contoh COVID-19 "memaksa" masyarakat hidup sehat. Hal ini dapat terjadi dengan mengajukan pertanyaan, diskusi, protes hingga mendikte, hal ini tergantung di level mana lawan bicaramu. Selain itu perlu juga dipetakan pihak yang lebih mudah untuk diajak berubah terlebih dahulu.

Proses belajar terjadi ketika seseorang menemukan sendiri jawabannya alih-alih ditawarkan solusinya. Socratic Questioning.

Mengetahui yang Tidak Diketahui.

Jadilah seperti padi, semakin berisi semakin menunduk, sehingga kita perlu terus mengevaluasi diri dengan berikut:

IV. Berpikir Kritis

Banyak manusia mencampuradukkan antara kemampuan berpikir kritis dengan sikap suka mengkritik yang identik dengan antipati.

Perbedaan kritis dan kritik adalah

  1. Kritis : keingintahuan dan kemampuan berempati dalam menyampaikan masukkan
  2. Kritik : penuh dengan emosi, baik negatif maupun positif

Sebelum berbicara baiknya menganalisa kita dan lawan bicara sedang menggunakan sistem berpikir berapa? Jangan sampai kita sedang berbicara dengan si pawang, tapi kita menggunakan sang gajah untuk berpikir.

Bagaimana menumbuhkan empati?

  1. Mengakui perspektif orang lain setidaknya kemungkinan kebenaran dibalik perkataannya
  2. Menghindari mendengarkan untuk merespon/menghakimi dan berusaha untuk memahami
  3. Menyadari keberadaan emosi
  4. Menggunakan kata-kata empati

Sikap Bermusuhan

Didasarkan oleh konsep tentang "kita" dan "mereka" akhirnya malah membatasi dan membuat jurang perbedaan. Maka dari itu langkah untuk mencegah dan mengatasinya adalah berempati dengan cara :

  1. Cari persamaan antara kita dan lawan bicara
  2. Fokus pada underlying concern
  3. Pihak sebrang baru akan berbag ketika kamu memulai terlebih dahulu
  4. Ketahui bias "sampul" atau penampilan dan identitas, oleh karena ia lebih pantas, maka ia di dengar
Ketika kita terburu-buru menarik kesimpulan ketika seseorang berbicara, saat itulah sistem 1 kita bekerja

Serta melatih menggunakan sistem 2 untuk berpikir :

  1. Active listening
  2. Presence
  3. Perhatikan, kalimat yang keluar datang dari Si Pawang tapi perasaan yang tersembunyi dalam nada, gerak dan pembawaan datang dari Sang Gajah
  4. Empati

Menurut Aristoteles terdapat tiga hal penting untuk meningatkan kemungkinan didengarkan :

  1. Pathos (Relasi Emosional) untuk memberikan validasi ke Sang Gajah lawan bicara. Tergambar dari nilai-nilai yang di anut dan pembangunan emosi.
  2. Ethos (Kredibilitas) untuk memberikan validasi ke Si Pawang lawang bicara. Tergambar dari karakter si pembicara.
  3. Logos (Logika Argumen) untuk keduanya dalam mengemukakan "alasan"

Ingat! Tujuan awal kita adalah mengajak Sang Gajah berbicara.

V. Menghadapi Rasa Malu Karena Sikap, Perilaku, Sifat dan Hal Lainnya di Masa Lalu

Jika kita merasakan hal ini ingatlah bahwa kita telah berproses menjadi kita yang sekarang. Berbesar hatilah saat melihat orang lain menyampaikan hal yang tidak logis, mungkin ia sedang berproses, berempatilah.

Perlu diingat, proses setiap orang berbeda-beda, tidak akan sama.

Lasting wisdom shall be earned through direct experience and cannot simply be taught.

VI. Kecenderungan Untuk Nyaman Dalam Ketidakpastian

Orang yang terbiasa berpikir kritis mempunyai kecenderungan NFC yang rendah. NFC (Need for Cognitive Closure) adalah preferensi terhadap susunan dan struktur yang definitif dan stabil.

VII. Kenapa Dua Orang yang Sama-Sama Bermaksud Baik, Berkonflik?

Moral setiap individu yang berperan didalamnya yang bergantung terhadap value yang tertanam sejak lahir dan proses belajar di lingkungan.

Selain itu, bagaimana jika kita dihadapkan dengan perilaku orang lain yang butuh kita sadarkan terhadap poin pembicaraan kita, guna menyelesaikan masalah dan atau mencapai tujuan kita, hal inilah yang menjadi alasan kenapa kita perlu belajar mengenai matrix awareness yaitu :

VIII. Efisiensi

IX. Perubahan & Penentuan Spesialis/Generalis

In the end, Afu mengatakan : Ada risiko nyata alam bawah sadar kita mencampurkan "peran atau label" di organisasi/masyarakat dengan "diri", sehingga saat peran/label kita diserang, "diri" kita terpengaruh di level personal.

Hal ini seperti saat leader/kolega/staf kalian berperilaku tertentu, mereka sedang berinteraksi dengan "peranmu" bukan dengan dirimu. Intinya bedakan hal profesional dan personal. Saat diserang, temukan kekuatan untuk merespon dengan lembut, fokus dan anggun untuk mendengarkan dan cari persamaan antara kedua belah pihak.

If they don't know you personally, don't take it personal

Tag

Gwendry R

Seorang dokter yang didalam darahnya terdapat bakat wirausaha yang mengalir deras