Lautan Awan Gunung Prau yang tak pernah sepi

Liburan yang nikmat adalah liburan yang terencana, begitulah prinsip liburan ala Ceritamaja. Sudah lama rasanya tidak mendaki gunung dengan santai, menikmati perjalanan sepanjang perjalanan tanpa dikejar waktu. “Kira-kira gunung apa yang bisa memuaskan keinginan ini?”, begitulah awal mulai tercetusnya Gunung Prau sebagai tujuan pendakian kali ini.

Gunung Prau sendiri adalah salah satu gunung yang berada di dataran tinggi dieng dengan ketinggian 2.590 mdpl. Di sekitar wilayah itu ada beberapa gunung lain seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Bismo. Beberapa sumber media online mengatakan bahwa Gunung Prau adalah gunung yang tak pernah sepi pengunjung. Kata-kata ini memang benar adanya setelah kami mendaki ke Gunung Prau.

Rute Menuju Gunung Prau

Ada beberapa rute pilihan untuk menuju ke Gunung Prau, namun kali ini karna kami berangkat dari arah Solo maka rute tercepat adalah melewati Ketep Pass di Kabupaten magelang. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju arah Temanggung dan terakhir memotong rute melewati Jalan Tambi yang membelah Gunung Prau dan Gunung Sindoro. Kami tidak merekomendasikan rute ini jika kalian belum familiar dengan rute jalan pegunungungan yang sempit dan curam. Beruntung kami memiliki driver yang sudah cukup berpengalaman di jalanan seperti ini, dan mobil yang kami pakai juga masih dalam kondisi prima.

Untuk kalian yang mau jalur aman, sangat disarankan untuk memilih jalur melewati alun-alun Wonosobo. Jadi darimanapun kalian berangkat, set google maps kalian ke titik tersebut. Kemudian selanjutnya bisa dilanjutkan menuju titik basecamp Gunung Prau.

Rute Naik Gunung Prau

Ada beberapa rute pendakian yang populer untuk mencapai puncak Gunung Prau, di antaranya:

1. Rute Patak Banteng

  • Kondisi Trek:
    • Ini adalah rute paling populer dan terpendek untuk mencapai puncak Gunung Prau. Trek ini dimulai dari Desa Patak Banteng. Meskipun trek ini cukup pendek, namun memiliki kemiringan yang curam dan terus menanjak hampir tanpa bonus.
    • Medan terdiri dari tanah yang cukup padat, dengan jalur yang terawat dan banyak dilewati oleh pendaki lain. Ada beberapa titik perhentian untuk beristirahat, namun sebagian besar trek menanjak secara signifikan.
  • Durasi Pendakian:
    • Pendakian melalui rute ini biasanya memakan waktu sekitar 2-3 jam untuk mencapai puncak, tergantung pada kecepatan pendaki itu sendiri.

2. Rute Dieng

  • Kondisi Trek:
    • Rute ini dimulai dari kawasan wisata Dieng, lebih panjang dan lebih landai dibandingkan dengan rute Patak Banteng. Jalur ini lebih cocok untuk pendaki pemula yang ingin mendaki dengan tempo yang lebih santai.
    • Trek ini melewati ladang-ladang pertanian dan perbukitan dengan pemandangan yang indah sebelum memasuki hutan pinus. Jalan setapak cenderung lebih landai, namun tetap memiliki beberapa tanjakan yang curam.
  • Durasi Pendakian:
    • Pendakian melalui rute ini biasanya memakan waktu sekitar 4-5 jam.

3. Rute Kalilembu

  • Kondisi Trek:
    • Rute ini kurang populer dibandingkan dua rute sebelumnya dan lebih jarang dilalui oleh pendaki. Dimulai dari Desa Kalilembu, trek ini juga cukup curam dan menanjak terus menerus.
    • Medan trek lebih liar dengan vegetasi yang lebih rapat. Jalur ini tidak sepadat Patak Banteng dan Dieng, sehingga lebih tenang dan alami, namun memerlukan stamina yang lebih.
  • Durasi Pendakian:
    • Pendakian melalui rute ini memakan waktu sekitar 3-4 jam.

4. Rute Dwarawati

  • Kondisi Trek:
    • Rute ini dimulai dari Desa Dwarawati dan merupakan salah satu jalur yang lebih landai dan cukup panjang. Trek ini relatif mudah dilalui namun membutuhkan stamina karena jaraknya yang lebih panjang.
    • Jalur ini melewati area perkampungan, perkebunan, dan hutan sebelum akhirnya sampai di puncak. Pemandangan yang dilalui juga cukup menarik, dengan lanskap yang bervariasi.
  • Durasi Pendakian:
    • Pendakian melalui rute ini memakan waktu sekitar 3-4 jam.

Dalam perjalanan kali ini kami memilih naik via Patak Banteng dari beberapa pilihan basecamp lainnya, karna rute ini yang belum pernah dicoba oleh semua orang yang ikut di perjalanan kali ini.

Perjalanan Menuju Sunrise Camp

Sekitar jam setengah tiga sore, kami bertiga sampai di basecamp Patak Banteng, kemudian langsung mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Di basecamp ini SOP simaksinya sudah sangat bagus, dari tim basecamp langsung memberikan form dan meminta fotokopi KTP dari semua pendaki. Di form tersebut berisi beberapa hal yang antara lain adalah menyatakan barang-barang apa saja yang dibawa dan barang apasaja yang dilarang untuk dibawa.

Setelah selesai mengurus simaksi, kami berdoa sejenak semoga perjalanan ini diberikan kelancaran sampai selesai esok hari. Dari basecamp perjalanan dimulai menuju ke Pos 1, kira-kira 20 menit jalan kaki. Kalau kalian ingin menghemat tenaga, ada opsi naik ojek juga untuk menuju pos 1. Dari pengalaman kami, sangat disarankan untuk naik ojek aja, lumayan soalnya tenaganya bisa dipakai untuk melanjutkan perjalanan dari pos 1 menuju pos-pos selanjutnya.

Di rute via Patak Banteng ini ada 4 pos yang dilewati sebelum akhirnya sampai di Sunrise Camp. Pos 1 dengan nama Sikut Dewo, dari basecamp kalian akan melewati jalan setapak berundak. Kemudian Pos 2 Canggal Walangan yang sangat enak buat istirahat sejenak, dan foto-foto karna ada gerbang segitiga yang ikonik. Pos 3 Cacingan, di dekat pos ini ada sumber air untuk kalian mengisi persediaan air bersih. Terakhir Pos 4 Plawangan, untuk sampai ke pos ini kalian butuh usaha ekstra karena elevasinya sangat ekstrim.

Pemandangan selama perjalanan dari pos 1 sampai pos 4 ini sangat memanjakan mata, apalagi di sore hari yang matahari sudah mulai surut. Terlihat kawah sikunir yang berkilau memantulkan sinar matahari sore, dan kebun-kebun penduduk yang menghampar di sekeliling rute pendakian ini. Dari Pos 4 tinggal jalan sedikit lagi menuju Sunrise Camp, kurang lebih hanya butuh waktu sekitar 15 menit saja melewati jalan yang lumayan landai.

Sampai di Sunrise Camp

Singkat cerita setelah 3 jam perjalanan, kami sampai juga di sunrise camp. Suasana magrib, langit sudah mulai gelap dan di tempat ini sudah sangat ramai pengunjung. Kami harus mencari spot yang sekirannya masih bisa mendapatkan pemandangan sunrise yang bagus. Setelah mendapatkan spot di pinggir jalur pendakian, kami lanjut mendirikan tenda. Kami sangat beruntung, di spot ini berada langsung di pinggir bukit kecil, sehingga di depan tenda kami langsung hamparan tebing rumput tanpa terhalang tenda-tenda orang lain.

Malam semakin gelap, kami tak lupa menyiapkan penerangan lampu tenda. Kompor, panci, ketel air sudah disiapkan, saatnya kami menikmati dinginnya malam ini dengan segelas teh hangat dan semangkuk mie instan. Makin malam, suhu di area sunrise camp ini makin dingin, konon katanya bisa sampai mendekati 0 derajat celcius. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 9 malam, akhirnya kami memutuskan untuk tidur lebih awal supaya paginya bisa bangun lebih cepat.

Sunrise yang susah dilupakan

Sekitar jam 5 pagi alarm kami berbunyi, kami mulai membuka mata yang masih sangat susah untuk dibuka. Sedikit menggeser resleting tenda, mengintip keluar untuk melihat apakah matahari sudah nampak. Kurang lebih 15 menit kemudian barulah semburat warna oranye terlihat dan akhirnya kami semua bangun untuk menikmati sunrise ini.

Sunrise di Gunung Prau ini benar-benar memanjakan mata, sejauh mata memandang terdapat lautan awan putih yang berada di bawah kami. Pemandangan ini makin menakjubkan karna di depan kami juga terlihat Puncak Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Sebuah suasana pagi yang tidak pernah bisa kami lupakan.

Matahari bersinar makin terang, suhu sudah mulai semakin hangat. Jam 6 pagi kami mulai menyiapkan peralatan masak kembali untuk membuat sarapan pagi. Tak lupa memanaskan air untuk membuat kopi, pagi hari tanpa kopi rasanya ada yang kurang. Sarapan sudah, minum kopi sudah, kemudian kami duduk santai bercerita sampai kurang lebih jam menunjukkan pukul setengah 8 pagi.

Awalnya kami ingin melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Prau, tapi setelah berpikir sejenak akhirnya kami memutuskan untuk membatalkan rencana ini. Tepat jam 8 pagi setelah tenda dan semua peralatan selesai dikemas, kami memutuskan untuk turun menuju basecamp. Untuk perjalanan pulang menuju basecamp ternyata sangat cepat, hanya butuh waktu kurang dari 1,5 jam kami sudah sampai di basecamp.

Biaya

Tarif untuk pendakian Gunung Prau via Patak Banteng saat kami kesana (September 2023) adalah sebagai berikut:

Simaksi: 30.000 per orang
Penitipan Mobil: 20.0000 (menginap)

Jam pelayanan loket pendaftaran dimulai dari pukul 08.00–12.00 WIB, kemudian pukul 13.00–18.00 WIB, dan pukul 20.00–24.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut kalian dapat menghubungi layanan WhatsApp di nomor 085602170444 atau layanan telepon untuk keadaan darurat emergency saat melakukan pendakian di nomor 0853269034444.

Salam Lestari!

(jangan meninggalkan sampah di gunung ya)

Tags: , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*