Snorkeling & Touring di Nusa Penida

Travelling 4 Apr 2022

Sudah cukup puas main di Bali, saatnya kita nyebrang ke Nusa Penida!

Awalnya kita cukup percaya diri tuh dengan hanya meluangkan waktu 2 hari 1 malam di pulau ini, nyatanya banyak wisata yang dikeluarkan dari list perjalanan karena waktunya yang tidak cukup. Saran kita. minimal luangankan waktu 3 hari 2 malam, 1 hari untuk snorkeling sisanya keliling pulau. Enjoy!

Fastboat dari Sanur menuju Nusa Penida

Banyak paket wisata yang ditawarkan oleh berbagai penyedia jasa di Nusa Penida tapi kita menyarankan kalian cukup ambil jasa snorkeling saja biayanya 250rb/orang, exclude speed boat penyebrangan Sanur-Nusa Penida dengan waktu tempuh 45 menit dan biayanya 150rb/PP/orang. Jika kalian ingin menjelajahi pulau ini kalian bisa menyewa penginapan dan motor sendiri (Sewa NMAX 100rb/hari). Biaya masuk semua kawasan disini Rp.10.000,-/WNI include parkir motor dan Rp.25.000,-/WNA kecuali Pura Goa Giri. Dari segitu banyaknya list tempat, berikut yang kita rekomendasikan untuk didatangi!

Snorkeling

Snorkeling boat

Sesampainya di Nusa Penida kita dijemput oleh penyedia jasa snorkeling dibawa ke meeting point untuk dipinjamkan peralatan snorkeling sesuai ukuran baik pelampung maupun fin. Kita akan mengunjungi empat snorkeling spot yaitu Gamat Bay, Manta Bay, Wall Bay & Crystal Bay. Ombaknya tenang, spotnya juga dekat satu sama lain, ikan dan terumbu karangnya cantik. Paling berkesan karena kita berkesempatan untuk melihat manta ray dari dekat, beruntung banget rombongan kita bisa melihat empat manta ray sekaligus. Walau mereka berenang malu-malu dan menjauh saat kita mendekat, tapi jika kita diam dan tenang, mereka akan kembali menghampiri karena penasaran.

Tips Gwendry persiapkan baju renang dan peralatan snorkeling kalian sendiri biar higenis. Bawa air mineral, kacamata hitam, sunblock/suncreen SPF 50 PA++++ dan Aloe Vera Gel pencegah sunburn. Oleskan sunblock 15 menit sebelum aktivitas dan setiap pindah spot snorkeling, jangan lupa oleskan aloe vera gel setelah snorkeling. Kulit menjadi hitam itu pasti, asal jangan terbakar.

The Dewi Sun Sun Suite

Kamar tipe Deluxe

Penginapan yang letaknya dekat dengan pelabuhan ini menawarkan view yang langsung ke laut lepas tepat di depan pintu kamar kita. Menyajikan pemandangan sunrise yang cantik dengan kapal nelayan dan pulau Bali menjadi hiasannya. Kamarnya berbentuk prisma lengkap dengan AC yang super dingin plus netflix (ini sih favorit Salman karena dia nggak mau ketinggalan nonton on going drakor-nya). Minusnya, breakfastnya nggak enak walau sudah tahu dari beberapa review tamu hotel sebelumnya tapi terbayar deh, karena siapa yang bisa menolak pemandangan seperti ini.

Bubu Beach Bar & Grill

Selama di pulau ini kita hanya makan di Bubu Beach Bar & Grill, JFC dan ACK (JFC dan ACK ini semacam toko ayam kentucky lokal gitu, ayamnya enakan ACK). Pilihan resto lain kalau bukan tempat mahal ya warung seadanya gitu dan makanannya belum tentu halal.

Kalau kalian ke Bubu Beach wajib cobain mixed pizza-nya enaaak banget, pizza dengan campuran seafood dan ayam, kombinasi yang tidak biasa tapi cobain deh, enak!. Harganya juga wajar dan lebih murah daripada resto turis lainnya total Rp. 120.000,- (1 pan thin crust pizza, 2 lumpia dan es teh manis). Semenjak pandemi resto ini baru aja buka selama 1 bulan yang lalu, pas kita kesana sama sekali nggak ada orang, sang pemilik resto yang sekaligus merangkap waiter and chef sempat curhat kalau selama 1.5 tahun resto ini tutup total. Sedih deh padahal sebelumnya resto ini selalu padat sampai pada duduk di bean bag sangking ramainya.

Diamond Beach

Tempat yang lebih cocok dinamakan pantai penyesalan, menyesal jika tidak turun tapi lebih menyesal lagi jika sudah turun ke pantai ini. Gimana tidak, kita harus melalui ratusan anak tangga yang dibuat dengaan memahat tebing dan dipagari hanya dengan seutas tali dan beberapa buah kayu pada setiap undakannya. It was a real nightmare for Gwendry who has an Acrophobia.

Terbayar sih semua upaya kita karena pasirnya bening, halus dan terumbu karangnya yang sangat dekat dengan pantai. Ditempat yang sama, terdapat Atuh Beach dan Rumah Pohon, tidak wajib dikunjungi sih. Atuh Beach lebih cocok untuk yang mau berjemur dan berenang dan Rumah Pohon untuk foto-foto tapi pemandangannya sama dengan Diamond Beach.

Pura Goa Giri

Tempat berdoa

WAJIB! Ini kali pertamanya gw mendatangi tempat ibadah yang berada di dalam goa besar. Hawa magis sangat terasa setelah memasuki kawasan pura ini ditambah dengan lantunan doa sembahyang yang dilakukan para Pemangku, pengalaman berharga sekali bagi kita turis lokal. Walaupun kita datang hanya berniat untuk berwisata, para warga dan petugas pura sangat ramah dan bahkan kita diperbolehkan untuk melihat rangkaian prosesi sembahyang.

Pura ini terbagi menjadi berberapa bagian (kalau tidak salah enam) yang terbentang sepanjang 310 m dengan tinggi goa sekitar 5-7 m dan letaknya berada di 150 mdpl. Didalam pura ini juga ada sumber mata air yang dikenal sebagai Tirta Pengelukatan, pas kita kesini sedang ada prosesi melukat karena menghormati dan tidak mau mengganggu, gw urungkan niat untuk bercuci muka di mata air tersebut.

Lorong menuju pintu keluar

Keunikan lain dari goa ini adalah pintu masuk dan keluarnya yang berbeda alias goa ini tembus hingga kebelakang. Dekat dengan pintu keluar terdapat ceruk yang dikhususkan untuk tempat peribadatan umat Budha, ini sudah kesekian kalinya Pura Hindu berdampingan dengan Vihara Budha. Setelah keluar, kita berjalan menyusuri rumah penduduk sekitar 500 m mengitari goa tersebut untuk kembali ke parkiran. Oiya biaya masuk Pura ini seikhlasnya dan sebaiknya kalian mempersiapkan diri dengan memakai sarung dan selendang, jika tidak bawa kalian bisa meminjam di toko klontong tepat disebrang pintu masuk pura atau didepan area parkir biayanya sebesar Rp.5.000,-/sarung & selendang. Pura ini tetap buka hingga malam, cuman sebaiknya berkunjung sebelum jam 18.00 WITA.

Kelingking Beach

Kelingking Beach

Keesokan harinya setelah sarapan di hotel sekitar jam sembilan pagi kita melanjutkan perjalanan menuju barat Nusa Penida mengingat waktu yang padat karena jam 12 harus check out dan speed boat menuju Sanur berangkat jam 13.30 WITA. Sepanjang perjalanan kita sering berpapasan dengan mobil tour yang membawa wisatawan dikarenakan jalan yang sempit dan berkelok-kelok jangan lupa selalu klakson ya.

Seharusnya kita berangkat lebih pagi, karena matahari di pulau ini serasa ada dua, panas banget!. Walaupun begitu, kita tidak merasa kesulitan dengan petunjuk arah dan google maps yang bekerja dengan baik di pulau ini, hanya saja selalu ingat untuk parkir benar-benar didepan pintu masuk wisata, kalau tidak kalian akan jalan lebih jauh daripada yang kalian bayangkan.

Tempat ini benar-benar tebing dengan background badan "Dinosaurus" di laut lepas, selalu berhati-hati karena pembatas hanya terbuat dari kayu, jangan bersandar ataupun terlalu dekat hanya demi mendapatkan angle foto yang bagus. Kalian bisa menyusuri anak tangga untuk turun mendekati badan "Dinosaurus"-nya cuman kali ini mengingat badan gw yang tidak fit, kita memutuskan hanya Salman yang turun kebawah walau tidak sampai ujung. #IHateStairs!

Disepanjang tebing kalian juga bisa menjumpai sekawanan monyet yang lebih galak tapi tidak usil mengambil barang atau bahkan naik diatas pundak kita seperti yang ada di Monkey Forest Ubud. Ingat jangan tatap matanya dan jika ada monyet yang kecil jangan dipegang karena induknya sudah bersiap untuk menyerang.

Angel Billabong

Angel Billabong

Berlawan arah dengan Kelingking Beach, Angel Billabong punya jalan yang cukup jauh masuk kedalam dan sedikit rusak kira-kira sekitar 500m hingga pintu masuk. Saat sampai dikawasan ini, matahari berada di atas kepala dan pintarnya kita saat peminjaman motor, bapaknya tidak memberikan kita helm. Jangan ditiru ya, selain bahaya, dua jam di perjalanan kepala kita langsung tersengat matahari walau sudah pakai kerudung, topi dan pashmina dikepala tetap saja tidak mempan.

Ada beberapa spot yang bisa dikunjungi ditempat ini yang paling ingin gw kunjungi dan lakukan adalah berenang di ceruk tebing akibat kikisan air laut sayangnya air sedang surut saat itu.

Ceruk bisa buat berenang

Biar terbayang kira-kira kaya gini tempatnya kalau airnya sedang pasang.

Fotonya harusnya begini

Cantikkan? Nanti kesini lagi deh terlebih saat sampai ditempat ini gw sudah mulai merasakan gejala-gejala heat illness, walau masih sempat foto-foto tapi tidak seperti Gwendry biasanya yang pasti udah ngilang entah kemana meng-explore berbagai tempat, tapi kali ini malah lebih banyak duduk dan bahkan tiduran ditikar sambil mengumpulkan energi untuk kembali ke parkiran.

Back to Denpasar

Sampai hari inipun yang gw masih ingat perjalanan pulang dari Angel Billabong ke hotel yang super lama dan jauh. Parahnya sampai di hotel gw merasa pusing dan dehidrasi tak bertenaga (kaya abis diare terus menerus) tapi karena schedule yang padat, jadi gw hanya bisa istirahat tiga puluh menit sebelum akhirnya check out dan cari makan apalagi kalau bukan ACK Fried Chicken Penyelamat Hidup Salman Gwendry!

Setelah makan, gw merasa mendingan, selama di speed boat kembali ke Sanur-pun juga aman tapi setelah sampai di rumah Denpasar gw demam tinggi dan mengigil sehingga harus mengurungkan niat untuk makan malam bareng sepupu-sepupu gw yang tinggal di Bali. Sedih.

Terjadwal tuh bagus gengs, cuman jangan terlalu ketat ya. Walau gw selalu expect the unexpected tapi tetap aja jadwal yang terlalu padat dan atau tanpa mempertimbangkan jarak dan lama perjalanan bakal membuat badan kalian capek. Akhirnya malah tumbang kaya gw, belum lagi pas di Ubud kemaren gw juga masuk UGD karena maag kambuh telat makan. Liburan harusnya chill malah heboh sendiri. Semoga jadi pelajaran dan juga rekomendasi jalan-jalan kalian selanjutnya. Toodles!

Tag

Gwendry R

Seorang dokter yang didalam darahnya terdapat bakat wirausaha yang mengalir deras