Traveling ke Baduy Luar

Travelling 5 Agt 2020

Hello Traveler,

Kalian tentu udah pernah denger dong yang namanya suku Baduy, itu lho yang biasa kalian lihat di televisi yang pakai ikat kepala putih dan jalan kaki tanpa pakai alas kaki.

Foto bareng orang Baduy (Doc. Pribadi)

Yaa, mereka itu lah orang-orang suku Baduy. Mereka tinggal di daerah ciboleger, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Desa mereka berada ditengah-tengah hutan dan ladang yang cuma bisa diakses dengan cara jalan kaki. Sebagai gambaran kalau kalian belum tahu secara jelas lokasinya bisa dilihat di map dibawah ini:

Map Kampung Baduy (Google Maps)

Nah sekarang udah kebayang kan dimana lokasi kampung Baduy ini. Untuk memulai perjalanan ke kampung Baduy dari Jakarta, kita bisa memanfaatkan transportasi umum kereta api dari stasiun Tanah Abang. Di stasiun tanah abang ini kalian bisa membeli tiket kereta untuk tujuan stasiun Rangkasbitung.

Di dalam cerita perjanalan ini gue waktu itu bareng dengan teman-teman komunitas Backpacker Jakarta. Setelah sampai di Stasiun Rangkasbitung, moda transportasi yang bisa dipakai menuju kampung Baduy adalah Elf. Iya, elf (mobil travel) yang biasa buat penumpang antar daerah seperti Bandung-Garut.

Mobil Elf (source http://bantenraya.com)

Tujuan akhir dari elf ini adalah pintu gerbang masuk ke kawasan Baduy luar, dari titik ini perjalanan ke kampung baduy akan dilanjutkan dengan jalan kaki. Untuk kalian yang memang jarang olahraga, sebaiknya sebelum jalan-jalan ke kampung Baduy sekitar seminggu sebelumnya biasakan dulu jalan kaki 30 menit sampai 1 jam supaya terbiasa.

Perjalanan dengan jalan kaki dari pintu gerbang masuk hingga ke kampung Baduy ini kurang lebih menghabiskan waktu 1,5 sampai 2 jam. Tergantung dari kecepatan dan kekuatan masing-masing orang juga sih, tapi jika kalian pergi dengan rombongan estimasi waktunya kurang lebih seperti itu.

Di dalam perjalanan, kalian akan melewati ladang-ladang dan hutan. Naik turun bukit yang kontur tanahnya lumayan licin di musim penghujan, dan lumayan berdebu di musim kemarau. Salah satu tips adalah bawa barang bawaan secukupnya saja (baju ganti & makanan) dan jangan pakai sandal jepit swalow karna rawan putus. Kalian engga pengen kan pas lagi jalan tiba-tiba sandal putus dan harus jalan kaki di trek yang seperti itu tanpa alas kaki.

Biasanya para traveler yang ke kampung Baduy luar ini akan berangkat pagi dari Jakarta dan bermalam disana. Jadi trek yang berliku-liku ini biasanya dilalui saat tengah hari, beruntung apabila cuaca sedang agak mendung. Jika sedang panas-panasnya jangan lupa membawa bekal air minum yang cukup. Kalian bisa membeli bekal makanan dan minuman di alfamart yang berada di depan pintu gerbang masuk.

Setelah melewati perbukitan selama kurang lebih 2 jam, kalian akan memasuki perkampungan Baduy, dan mungkin ketika dalam perjalanan kalian akan berjumpa juga dengan orang baduy yang membawa hasil bumi mereka untuk dijual. Salah satu hal yang paling takjub adalah disana perempuan juga ikut andil dalam pekerjaan fisik seperti membawa kayu bakar dan hasil panen. Dengan baju khas Baduy luar (batik hitam biru), mereka dengan santainya membawa barang-barang tersebut. Bisa dengan digendong di punggung ataupun dibawa diatas kepala.

Pemandangan seperti ini akan sering dilihat dalam perjalanan menuju kampung Baduy. Bahkan beberapa anak-anak pun ikut membantu orangtua mereka juga membawa hasil panen ini. Dalam perjalanan saat itu saya sempet ketemu dan berfoto dengan anak-anak Baduy Luar yang sedang main di sungai.

Foto bersama anak Baduy Luar (Doc. Pribadi)

Ada salah satu cara untuk membedakan apakah orang yang kita temui adalah orang Baduy luar atau Baduy dalam, paling gampang adalah dari segi pakaian. Orang Baduy dalam wajib memakai pakaian khas Baduy dalam, ikat kepala putih dan baju putih/hitam. Orang Baduy luar cenderung lebih casual seperti masyarakat umum, walaupun kadang beberapa masih memakai pakain khasnya tadi (batik hitam biru).

Tak lupa jika mengunjungi Baduy luar sempatkan untuk mampir di jembatan akar, lumayan bagus untuk spot foto-foto dan membasuh kaki yang letih setelah jalan kaki cukup lama.

Jembatan Akar (Doc. Pribadi)

Dari jembatan akar ini kemudian dilanjut menuju kampung Baduy luar. Di kampung ini rata-rata penduduknya berprofesi sebagai petani untuk yang laki-laki, dan untuk perempuan biasanya mereka menenun kain atau membuat cinderamata untuk dijual kepada pengunjung. Jadi sebagai traveler yang baik, bantulah mereka mengembangkan ekonominya dengan membeli cinderamata langsung dari para pembuatnya.

Gadis penenun kain (Doc. Pribadi)

Biasanya setelah sampai di kampung Baduy ini aktivitas yang dilakukan adalah menuju ke salah satu rumah penduduk sebagai basecamp atau tempat menginap. Ada salah satu koordinator Backpacker Jakarta yang biasanya mengurus ini (Bang Yono) yang akan berkoodinasi dengan perwakilan orang Baduy luar (Pak Sarpin). Buat yang mau nanya-nanya tentang kampung Baduy ini bisa banget nanya ke Bang Yono, DM aja di link instagramnya tersebut.

Malam harinya agak membuat terkejut, kita yang hidup di indonesia ini mungkin udah dari lahir menikmati terangnya cahaya lampu di malam hari, berbeda cerita dengan kampung Baduy luar ini. Didalam rumah hanya ada nyala dari lampu minyak yang remang-remang, dan diluar rumah bener-bener gelap. Pernah masuk ke dalam selimut saat mau tidur dalam kondisi semua lampu kamar mati, nah seperti itu rasanya berada diluar rumah Baduy saat malam hari.

Dari pengalaman ini, buat kalian yang ingin pergi kesana disarankan banget untuk bawa lampu senter. Siapa tau malam-malam kebelet kan, terus gelap-gelapan diluar. Di Baduy sendiri masyarakatnya masih menggunakan sungai sebagai media untuk mandi, cuci baju, dan buang hajat. Pemandangan wanita mandi, bapak-bapak lagi jongkok, dan ibu-ibu nyuci baju di sungai itu adalah hal yang biasa. Dan itu juga yang akan kalian lakukan jika menginap disana, mandi di sungai dan buang hajat juga di sungai.

Jalan-jalan ke Baduy itu sebenernya sangat asyik, kita bisa belajar untuk menghargai alam, karena sejatinya hidup kita sangat dekat sekali dengan alam. Kalau kita enggan untuk menjaga alam, bukan tidak mungkin kita yang akan menuai akibatnya sendiri.

Rumah-rumah kampung Baduy (Doc. Pribadi)

Di pagi harinya, biasanya aktivitas yang bisa dilakukan adalah melihat-lihat kampung baduy, termasuk ada spot khas yaitu di jembatan bambu dan lumbung padi. Kedua tempat ini jadi spot foto ikonik saat kita mengunjungi kampung Baduy Luar.

Lumbung Padi bersama Backpacker Jakarta (Doc. Pribadi)
Jembatan Bambu (Doc. Pribadi)

Nah itu semua kisah dan tips perjalanan ke Kampung Baduy Luar, jika kalian suka dengan alam dan ingin punya pengalaman yang berbeda dari biasanya trip ini sangat recommended. Sebagai traveler yang baik tetap jaga kebersihan kemanapun kalian pergi, buang sampah pada tempatnya dan hormati warga sekitar.

Salam, peace love and gaul ✌

Tag

Salman Farozi

Backpacker yang suka jalan-jalan, masak dan makan. Living in the moment.