Gedung Sate en Omstreken, Bandung Walking Tour - Weekend with Us
Goedemorgen!
Wisata kali ini berkonsep walking tour yang akan mengunjungi beberapa destinasi di sekitar Gedung Sate sambil belajar mengenai sejarah tempat tersebut. Mumpung di Bandung, cobain deh. Let's go!

Tepat jam 08.00 kita sampai di Taman Maluku sembari menunggu peserta Bandung Good Guide pada ngumpul, gw cerita ke mama kalau sebelumnya gw pernah ikut Bandung Nightmare Tour dan saat itu mereka menjelaskan bahwa taman ini merupakan salah satu dari tujuh taman yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda untuk membuat Kota Bandoeng lebih dingin dengan aliran sungainya mulai dari Villa Isola hingga "lupa" wkwk (maaf antiklimaks banget ya).

Setelah berkumpul dimulailah destinasi pertama kita yaitu Patung Pastoor H.C Verbraak bersama sama tante Henny, Iyo dan mas Ridwan kita dijelaskan oleh kang Iki mengenai sejarah hidup Pastoor Verbraak dan alasan kenapa patungnya berada di Bandung walau beliau tidak pernah menetap di kota ini.
Selanjutnya memutari taman hingga sampai di KODIKLAT TNI AD atau nama doeloenya adalah Bandoengsche Jaarbeurs. Tempat ini merupakan tempat festival tahunan yang diadakan untuk menarik wisatawan berkunjung dengan tujuan utama agar Bandung lebih dikenal dan terjalin kerjasama bisnis dengan adanya pameran bisnis para petinggi Hindia Belanda waktu itu.
Selain itu juga festival ini secara tidak langsung menjadi ajang bersolek untuk mendapatkan jodoh. Selama tur Kang Iki juga akan menjawab pertanyaan kalian serta memberikan foto-foto di jaman Hindia Belanda dulu.



Melanjutkan perjalanan ke Roemah Kentang yang sarat akan urban legend-nya, mengenai peristiwa anak majikan yang direbus di dalam kuali berisikan kentang. Padahal itu sama sekali tidak benar, kalau kata pemiliknya itu karena adanya tanaman yang jika bersemi baunya mirip kentang.
Biasalah, netizen semua yang "setan-setan" jadi laku. Padahal rumah ini dihuni oleh keluarga Ibu Soejati sampai akhirnya diubah menjadi cafe. Dulunya rumah ini merupakan Loge Hermes bagi para pengikut Freemason dan ibu Soejati merupakan sekretaris terakhir dari perkumpulan ini. Beliau bahkan masih menyimpan beberapa arsip dan benda-benda peninggalan Freemason. Baca disini untuk tahu lebih lanjut > link.



Meneruskan perjalanan hingga sampai ke Loge Theosofi atau yang sekarang disebut Geredja Katholik Bebas Santa Albanus, dulu freemason juga pernah numpang loh disini sebelum akhirnya memiliki loge sendiri.
Nah yang gini-gini nih gw sangat amat tertarik, kalau udah ngomongin agama, kepercayaan atau perkumpulan masyarakat kelas atas seperti freemason atau theosophy (bukan ibu-ibu sosialita dengan sanggul menjulang tinggi) yang lengkap dengan bumbu konspirasi yang bertebaran diluar sana.
Loge atau markas dan theosofi merupakan perkumpulan masyarakat kelas atas serta cerdas yang memiliki keinginan untuk memajukan manusia tanpa memandang apapun latar belakangnya (sementara ini dulu ya infonya, gw mau baca bukunya dulu nanti gw ceritakan).


Cukup berjalan-jalan selama hampir satu jam saatnya kita makan dulu di Roti Gempol. Kuliner legendaris sejak 1958 yang menyajikan roti bakar yang selalu ramai tapi karena kali ini datang di hari kerja tempatnya cukup sepi.

Kampung Gempol dulunya merupakan tempat orang Belanda, Indo dan Amoy yang bekerja di Gedung Sate "ngekos". Saat kalian masuk dari gapura terlihat kios-kios penjual makanan, tempat ini dulunya merupakan taman tapi sayang malah dijadikan pemukiman yang terkesan kumuh dan berantakan.
Kalau kalian jalan kebelakang kalian akan bertemu dengan rumah-rumah jaman Hindia Belanda dan juga lorong kecil yang dibuat khusus untuk menyelamatkan diri jika terjadi kebakaran.

Siapa yang sangka, butik paling terkenal di Bandung ini merupakan salah satu warisan sejarah Hindia Belanda. Kirain cuman dibangun dengan gaya yang mirip-mirip bangunan Belanda, ternyata tidak. Sudah bisa tebak?

Heritage dulu merupakan rumah dari Van de Bos siapakah dia? Kalau kata kang Iki juga belum dapat siapa sosok Van de Bos ini, jadi coba kalian google sendiri ya.

Akhirnya wisata kita sampai juga di destinasi terakhir yaitu gedung sate! Awalnya pemerintahan administrasi ingin dipindahkan dari Batavia ke Bandoengsche dan meninggalkan Batavia sebagai distrik bisnis, sehingga dibuatlah rancangan gedung untuk kantor kenegaraan tapi keburu jepang menyerang jadinya gedung sate ini tidak terselesaikan, jika iya bayangkan betapa luasnya dan megahnya bangunan tersebut yang terbentang hingga Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat.



Banyak sejarah dan cerita-cerita yang disampaikan didalam tour ini, tapi rasanya kurang afdol kalau kalian tidak mencobanya sendiri, cukup teasernya saja ya. Baiklah, sekian Weekend with Us (yang nggak dilakukan pada hari Weekend) kali ini, semoga tertarik untuk mengenal lebih jauh sejarah kota Bandung dan Indonesia. Sampai ketemu di jalan-jalan selanjutnya!